Perjuangan
persamaan hak perempuan masih jauh dari tujuan dan masih perlu terus
diperjuangkan. Hal ini disampaikan oleh Rulia Iva Dhalina dari Komnas Perempuan
dalam pemutaran dan Diskusi Film “Wanita Terpilih” yang diselenggarakan oleh
Laboratorium Film Usmar Ismail Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jumat
(27/4).
Film
ini disutradarai oleh Bambang Hengky dengan genre dokudrama, mengisahkan
perjalanan hidup R.A. Kartini dalam perjuangannya menyetarakan derajat kaum
perempuan, khususnya di bidang pendidikan.
Gambaran
keadaan kaum perempuan di tahun 1900-an turut menjadi pokok diskusi dengan
menarik benang merah keadaan perempuan Indonesia pada masa sekarang. Budaya
pratiarkhi yang masih berlangsung, anggapan perempuan sebagai aset keluarga
yang berharga. 35 % perempuan sebagai korban dalam lingkar human trafficking,
kesehatan produksi masa hamil dan pasca melahirkan yang masih buruk di
daerah-daerah terpencil, sampai pada distorsi gender dalam kehidupan sosial
budaya Indonesia.
Dalam
diskusi Rulia menambahkan, persamaan hak asasi dan gender untuk memperoleh
keseimbangan keadilan antara laki-laki dan perempuan membutuhkan dukungan dari
semua pihak. Sosialisasi tentang emansipasi dilaksanakan sampai pada kalangan
akar rumput dan seluruh organisasi baik organisasi besar ataupun kecil dengan
berbagai cara. Sanggul dan kebaya ala Kartini jangan sampai hanya menjadi
simbol kosong seremonial yang dipakai setiap 21 April tanpa mengetahui dan ikut
serta dalam meneruskan perjuangan hak perempuan.
Sisi
lain, Hengky sebagai sutradara berpendapat bahwa wanita tidak boleh lemah dan
minder. Kelancaran dalam berkomunikasi antara laki-laki dan perempuan juga
menjadi faktor penting dalam mencapai keadilan yang seimbang. Dari segi
penggarapan film, sutradara ini menegaskan, untuk membuat film yang nikmat
ditonton membutuhkan kejelian dan ketekunan. Untuk mencapai satu titik
keberhasilan, bergeraklah menuju spesifik untuk menjadi profesional.
Pemutaran
film yang diselenggarakan di ruang Laboratorium Usmar Ismail ini bertujuan untuk
memperingati hari Kartini yang jatuh setiap tanggal 21 April. Melalui wadah ini
diharapkan dapat membuka cakrawala baru bagi mahasiswa tentang teknik pembuatan
dan menejemen film sekaligus wawasan tentang emansipasi, gender, dan persamaan
hak bagi kaum perempuan.
Akhir
diskusi ditutup dengan simpulan bahwa keadilan tidak bisa terlaksana jika hanya
memperkuat salah satu komponen saja. Keadilan gender dan hak perempuan bisa
seimbang dengan turut melibatkan sudut pandang dan peran laki-laki didalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar