Upaya
untuk menjalin komunikasi yang efektif antara dua kelompok budaya yang berbeda
bukan merupakan persoalan yang mudah. Terdapat kendala-kendala yang dapat
menghabat jalannya komunikasi tersebut. Kendala yang dimaksud adalah bahasa, perbedaan nilai, dan perbedaan pola
perilaku kultural (Lewis & Slade, 1994). Kendala bahasa merupakan kendala yang mudah diatasi karena bahasa
dapat dipelajari. Jika salah satu pihak berkenan untuk mempelajari bahasa pihak
lain maka persoalan tersebut bisa diatasi.
Perbedaan
nilai merupakan hambatan yang lebih sulit manakala dua orang dari budaya yang
berbeda berinteraksi, maka perbedaan tersebut cenderung menghambat tercapainya
kesepakatan rasional mengenai isu-isu penting. Sedangkan perbedaan pola-pola
perilaku cultural menghambat orang sulit untuk mengapresiasi
kebiasaan-kebiasaan budaya lain.
Selain
itu ada empat faktor penghambat lainnya yang melekat pada setiap kelompok,
yaitu:
a.
Etnosentrisme:
Adalah
tingkatan ketika individu-individu menilai budaya-budaya orang lain lebih
rendah dari pada budaya-budaya mereka.
b.
Stereotip:
Adalah
generalisasi tentang beberapa kelompok orang dengan sangat menyederhanakan
realitas. Lippman (1936) mengatakan bahwa stereotip mengacu pada “gambaran dalam
kepala kita”. Stereotip terdiri atas dua unsur, yaitu: kognitif dan afektif.
c.
Prasangka:
Adalah
penilaian yang tidak didasarkan pada pegetahuan yang sahih atau pengujian
terhadap informasi yang tersedia.
d.
Diskriminasi:
Adalah
tindakan membeda-bedakan individu-individu berdasarkan suku, agama, keyakinan politik
atau preferensi gender (Samovar, 1981).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar