Halaman

Jumat, 08 Juni 2012

Unsur Pokok dan Kualitas dalam Berita


“Firman” pertama dalam jurnalistik berbunyi “reporter harus menjawab pertanyaan ‘apa’, ‘siapa’, di mana’, ‘kapan’, ‘kenapa’ dan ‘bagaimana dalam laporan yang ia tlis. Yang sering dirumuskan 5W + 1H. Berita yang lengkap harus menjawab keenam pertanyaan pokok itu.
Kenyataan yang dilaporkan berita hendaklah ditulis dengan baik, dalam arti baik isi berita itu mampun teknis penyajiannya. Dalam hal menguji kualitas berita, perhatikanlah hal-hal berikut ini:
1.      Melaporkan fakta mutakhir.
Idealnya, sebuah berita menyajikan fakta mutakhir tentang kenyataan yang ia laporkan. Fakta mutakhir bagi surat kabar harian adalah fakta yang ditemukan sebelum deadline persiapan penerbitan. Surat kabar edisi Senin Pagi hendaknya menceritakan fakta yang ditemukan pada minggu malam. Bagi kantor berita dan demikian pul bagi on line media. Fakta yang tersiar berupa fakta yang ditemukan satu atau bahkan setengah jam sebelum berita itu disiarkan.
2.      Disusun dengan struktur piramida terbalik.
Berita melapor dengan mengutamakan kecepatan penyampaian informasi. Hal itu dikarenakan agar pembaca maupun audiens mampu mengetahui isi pokok permasalahan yang diberitakan dalam jangka waktu yang cepat. Bila berita terlalu panjang atau lama biasanya membuat pembaca maupun audiens malas untuk mengikutinya hingga selesai.
3.      Dibuka dengan lead yang kuat.
Paragraf pertama (lead) berita yang kuat adalah lead yang mengabarkan informasi paling pokok dari kenyataan yang diceritakan. Informasi yang paling pokok berarti fakta yang nilai penting atau daya tariknya paling tinggi.
4.      Berimbang (balanced) atau melaporkan kedua sisi mata uang (cover both sides).
Berita yang baik adalah berita yang tidak berat sebelah. Jika ada dua pihak yang berbeda pendapat atau berbeda dalam penjelasan yang diberikan kedua-duanya haruslah diberi tempat pada berita yang sama.  
5.      Lengkap menjawab 5W + 1H.
Berita yang baik tidak menyisakan pertanyaan pada pembaca untuk memahami dengan jelas cerita yangia baca. Untuk itu si pelapor haruslah memberikan jawaban yang cukup dan yang relevan untuk 5W + 1H.
6.      Akurat dalam menyebut fakta.
Akurasi amatlah penting dalam publikasi. Sekali terjadi penyebutan fakta dengan tidak akurat, besar kemungkinan banyak orang yang disesatkan oleh kelalaian dalam akurasi itu. Walaupun ada kesempatan untuk membuat pembetulan, tetapi tidak ada jaminan audiens mau membaca ulang berita atau cerita tersebut.
7.      Fair atau jujur dan tidak berprasangka.
Opini atau pendapat pelapor adalah sesuatu yang terlarang untuk masuk ke dalam berita. Kerap dikatakan bahwa berita haruslah objektif. Walaupun dalam kenyataanya berita atau jurnalisme tidak objekti tapi senantiasa subjektif. Jujur berarti menceritakan fakta sebagaimana adanya tanpa dibumbui penilaian, tidak disertai oleh upaya membesar-besarkan, mendramatisasi dan juga tidak diganggu oleh ikhtiar menyembunyikan kenyataan.
8.      Disertai background information manakala ia diperlukan.
Agar pembaca dapat memahami duduk perkara sebuah issue, latar belakang peristiwa atau masalah yang dilaporkan perlu diungkapkan dengan jelas.
9.      Angel berita haruslah tajam.
Angel atau sudut pandang adalah alat bagi si pelapor untuk membantu pembaca melihat suatu kejadian atau masalah dari suatu segi yang lebih jelas.
10.  Mematuhi ketentuan yang diatur kode etik jurnalistik.
Etika adalah ketentuan yang senantiasa harus dipatuhi. Hanya moral yang baik dan keberhati-hatian yang dapat menolong seorang wartawan. Etika meliputi berbagai aspek dapat menyangkut nama baik seseoarang yang dapat berubah menjadi kasus hukum.
11.  Terhindar dari kemungkinan dituntut secara hukum.
Reporter dan editor haruslah cermat memperhitungkan kemungkinan terjadinya kasus hokum.
12.  Mempertimbangkan aspek pendidikan publik.
Aspek pendidikan public dapat beraneka ragam. Etika jurnalisme biasanya mencegah wartawan menimbulkan pengaruh buruk lewat laporannya.
13.  Disajikan dengan jernih, tidak membingungkan atau tidak membawa pembaca ragu-ragu dan tidak ditulis dengan membuat pengulangan yang tidak perlu.
Seorang reporter harus menyusun ceritanya dengan jernih, mudah dipahami, tidak bolak-balik, tidak mengharuskan pembaca berpikir ekstra  dan tidak membuat pengulangan yang tidak perlu.
14.  Ditulis dengan bahasa yang hemat dan jelas.
Jurnalisme menganut prinsip “sampaikanlah informasi dengan cepat dan jelas dalam ruang dan waku yang relative terbatas. Karena itu bahas untuk jurnalistuk termasuk berita haruslah jelas dan hemat. Kejelasan meliputi makna kata dan pemgertian kalimat.
15.  Judul berita hendaklah melaporkan peristwa atau masalah (telling the story).
Berita ditulis dengan prinsip “dapat dibaca sebagian”, awalnya saja tanpa harus diikuti sampai ke ujung cerita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar